Berikut penulis sampaikan mengenai pengalaman bekerja disalah satu proyek powerplant di wilayah Kalimantan Selatan. Yang akan dibahas adalah mengenai tahapan sebelum dimulainya proses commissioning sebuah power plant. pada sebuah powerplant, tidak hanya garansi yang harus equipment berikan kepada pembeli tetapi juga adanya waranty yaitu performa unit, karena nantinya yang akan dijual kembali adalah performa plant yang kita beli.karena adanya dua hal tersebut maka selama tahap konstruksi ada tahapan-tahapan yang harus dilalui yaitu proses quality control precommissioning dan commissioning utuk memastikan guaranty dan waranty dari sebuah powerplant. karena pemulis masih dalam tahap pre-commissioning mechanical, maka yang akan dibahas adalah tahap tersebut, nantinya setelah ilmu pengetahuan bertambah pasti akan masuk ke proses commissioning.
Segala sumbangsih saran dan kritik sangat diharapkan sebagai proses pembelajaran kedepannya. Monggo...
I.
DEFINISI
Precommissioning Adalah sebuah
kegiatan sebelum dilaksanakannya commissioning test yang bertujuan untuk
memastikan bahwa individual equipment yang telah selesai dalam tahap konstruksi
dapat bekerja dengan baik sesuai standar yang ada. Kegiatan pre-comm sendiri
meliputi test individual equipment setelah tahapan construction dinyatakan selesai
oleh QA/QC. Dari segi mechanical precommissioning, tahapan construction
dinyatakan selesai setelah QA/QC mengeluarkan sertifikasi yg telah di approve
oleh pihak Owner, Consultant, Contractor and Sub-Contractor. Dari sisi pre
commissioning mechanical sendiri di bagi menjadi
1.
Solo
Run motor
2.
Load
test equipment
Sedangkan equipment sendiri di bagi menjadi:
1.
Equipment
LV dan MV < 0,4 kV
2.
Equipment
HV 6 kV
Sertifikasi yg di keluarkan QA/QC untuk memulai tahapan pre
commissioning dibagi lagi kedalam 3 disiplin ilmu yg mendukung equipment
mechanical tersebut berjalan, disiplin ilmu tersebut yaitu :
1.
Mechanical
certification
2.
Electrical
Certification
3.
Instrument
Certification
II.
SOLO-RUN
II.1 Solo-run equipment LV dan MV
Untuk tahapan test solo run motor LV dan MV, kita hanya
memerlukan certification dari sisi mechanical yaitu :
-
Level,
Positioning, and Location sudah di approve dan dinyatakan ready to
commissioning
-
Pre-Alligment
untuk rotating equipment bukan produk paket sudah di lakukan untuk memudahkan
pekerjaan alligment setelah proses solo-run
-
Kemudian
disisi site sudah di cek untuk, lube oil, Grease, accu, fuel oil, dan juga
disisi kopling sudah di uncouple antara motor dan equipment
Untuk tahapan Electrical kita memerlukan certification yaitu
:
-
Megger test ( Insulation Test) Motor
-
Megger
test ( Insulation Test ) Cable
-
Cable
termination to Motor and Panel
-
Grounding
pulling and Conection to Motor and Panel
-
Instalasi
Emergency button and cable termination
Sertifikasi di atas menunjukkan bahwa equipment yg akan di
test benar-benar dalam kondisi Ready to PreComm/Comm dari sisi konstruksi.
Setelah tahapan di atas terpenuhi baru kita bisa ajukan test kepada Badan
sertifikasi yang di tunjuk oleh Owner.
II.2 Pengetesan Solo-run equipment LV
dan MV
Dalam pengetesan motor, baik untuk
motor pompa, Fan, Coal Mill, dan sebagainya ada tahapan yang harus dilakukan agar
pengetesan tersebut tetap dalam kondisi yang aman baik dari sisi equipment
maupun lingkungan sekitar alat yang di tes tersebut.
-
Sebelum
dilakukan test harusnya di ajukan permit dan visual check bersama dengan
konsultan dan pelaksana, gunanya untuk saling memeriksa mengenai keadaan riil
di lapangan.
-
Untuk
solo-run test pastikan motor sudah di lepas pada bagian kopling ke equipment
-
Setelah
di ijinkan untuk pengetesan dengan jasa sertifikasi kita bisa siapkan portable
APAR dan barikade line untuk menjaga area dari kecelakaan.
-
Pastikan
bahwa Grease, Lube oil, cooler, accu, fuel sudah di isi untuk kepentingan test
-
Pastikan
emergency push button sudah di install dan di test fungsinya sebelum bump test
(test putaran motor). (prosedur pelaksanaan pompa dapat dilihat pada lampiran)
-
Setelah
pengetesan emergency push button, di lanjutkan dengan bump test atau pengetesan
arah putaran motor, apakah putaran sudah benar dengan putaran pompa, fan, dan
equipment lainnya. Jika masih terjadi kesalahan putaran pada motor maka fasa
R-S-T dapat dibalik pada terminal box pada motor.
-
Setelah
putaran sudah sesuai dengan arah putaran equipment test dapat dilanjutkan untuk
test individual motor atau solo-run.
-
Ukur
arus start pada motor untuk memeriksa apakah power yang di konsumsi masuk dalam
spesifikasi motor tersebut.
-
Adapun
yang diukur dalam pengetesan motor adalah vibrasi, vibrasi tersebut di ukur di
dua tempat yaitu area DE motor (Drive End) shaft yang nantinya di pakai untuk
meneruskan gaya ke equipment dan juga pada NDE (Non Drive End) atau shaft yang
tidak dipakai untuk meneruskan gaya.
-
Pada
dua posisi bearing tersebut diukur untuk gaya dari Vertikal, Horyzontal, Axial
II.3 Solo-run equipment HV
Untuk tahapan test solo run motor HV, kita memerlukan certification dari sisi mechanical
yaitu :
-
Level,
Positioning, and Location sudah di approve dan dinyatakan ready to
commissioning
-
Pre-Alligment
untuk rotating equipment bukan produk paket sudah di lakukan untuk memudahkan
pekerjaan alligment setelah proses solo-run
-
Kemudian
disisi site sudah di cek untuk, lube oil, Grease, accu, fuel oil, dan juga
disisi kopling sudah di uncouple antara motor dan equipment
Untuk tahapan Electrical kita memerlukan certification yaitu
:
-
Cable
termination to Motor and Panel
-
Grounding
pulling and Conection to Motor and Panel
-
Instalasi
Emergency button and cable termination
-
Hipot
Test ( Test kebocoran arus pada motor 6 kV). Fungsi Hipot ini tujuannya sama
dengan megger yaitu melihat apakah isolasi yg terinstal dengan motor dalam
keadaan baik atau tidak. Yang membedakan adalah jika pada megger yang monitor
adalah tahanannya antar fase dan ground, sedangkan pada hipot test yang di
monitor adalah arus bocor. Semakin kecil nilai arus bocor maka isolasi tersebut
terinstal dengan baik
-
Hipot
kabel
Untuk Tahapan Instrumentasi kita memerlukan certification
-
RTD
(Resistance Thermal Detector) termination for Winding temperature cek
-
Bearing
Temperature sensor Termination
-
Vibration
sensor Termination
-
Diatas
adalah contoh instalasi yang harus di cek, tetapi secara umum tahapan dalam
pengerjaan precommissioning instrument adalah Installation & wiring
termination complete
-
Loop
signal test complete. Test tersebut berfungsi untuk mengetahui bahwa alat
instrumentasi tersebut sudah bias terbaca pada monitoring display CCR. Inst
-> Junction box -> DCS -> Display.
-
Loop
check actual from field. Jadi setelah sinyal tersebut sudah terconect dengan
display CCR, maka langkah selanjutnya adalah memastikan bahwa besaran yang di
kirim sinyal instrument tersebut bisa terbaca pada display CCR.
-
Permissible
start & interlock Diagram. Setelah besaran sudah fix dengan kondisi actual
maka selanjutnya adalah settingan untuk kondisi start yang harus dipenuhi agar
equipment tersebut bias berjalan. Setelah kondisi startnya sudah tercapai, maka
dapat dilanjutkan dengan interlock test dimana ada suatu kondisi diluar standar
operasional yang harus mengirimkan sinyal trip terhadap equipment tersebut.
-
Interlock
test diatas adalah untuk individual equipment tersebut, nantinya setelah
individual tersebut sudah fix dilanjutka test interlock selanjutnya.
-
Function
interlock test from DCS. Test ini sudah berhubungan dengan integrasi system
yang ada pada power plant, misalnya pada system interlock feed water system.
Dimana nantinya besaran volume, temp, dll
berpengaruh pada trip atau startingnya equipment yg mendukung system
tersebut.
II.4 Pengetesan Solo-run equipment HV
Pada dasarnya pengetesan equipment HV
hampir sama dengan equipment LV, hanya harus lebih diperhatikan bahwa
pengetesan dilakukan dengan safety karena termasuk equipment dengan daya yang
besar, pressure dan temperature tinggi.
-
Sebelum
dilakukan test harusnya di ajukan permit dan visual check bersama dengan
konsultan dan pelaksana, gunanya untuk saling memeriksa mengenai keadaan riil
di lapangan.
-
Untuk
solo-run test pastikan motor sudah di lepas pada bagian kopling ke equipment
-
Setelah
di ijinkan untuk pengetesan dengan jasa sertifikasi kita bisa siapkan portable
APAR dan barikade line untuk menjaga area dari kecelakaan.
-
Pastikan
bahwa Grease, Lube oil, cooler, accu, fuel sudah di isi untuk kepentingan test
-
Pastikan
emergency push button sudah di install dan di test fungsinya sebelum bump test
(test putaran motor). (prosedur pelaksanaan pompa dapat dilihat pada lampiran)
-
Setelah
pengetesan emergency push button, di lanjutkan dengan bump test atau pengetesan
arah putaran motor, apakah putaran sudah benar dengan putaran pompa, fan, dan
equipment lainnya. Jika masih terjadi kesalahan putaran pada motor maka fasa
R-S-T dapat dibalik pada terminal box pada motor.
-
Setelah
putaran sudah sesuai dengan arah putaran equipment test dapat dilanjutkan untuk
test individual motor atau solo-run.
-
Ukur
arus start pada motor untuk memeriksa apakah power yang di konsumsi masuk dalam
spesifikasi motor tersebut.
-
Adapun
yang diukur dalam pengetesan motor adalah vibrasi, vibrasi tersebut di ukur di
dua tempat yaitu area DE motor (Drive End) shaft yang nantinya di pakai untuk
meneruskan gaya ke equipment dan juga pada NDE (Non Drive End) atau shaft yang
tidak dipakai untuk meneruskan gaya.
-
Pada
dua posisi bearing tersebut diukur untuk gaya dari Vertikal, Horyzontal, Axial
-
Perhatikan
juga winding temperature yang ada pada monitoring DCS atau di CCR
-
Vibrasi
juga harus dikomparasikan pada pembacaan DCS dan juga di local sehingga
dipastikan equipment dalam keadaan baik.
III.
LOAD TEST EQUIPMENT
Setelah proses solo run selesai, tahapan pre-commissioning yaitu load Test
equipment dimana motor sudah di beri beban yaitu equipment dengan fluida kerja,
adapun certification yang di perlukan untuk equipment HV :
Dari sisi Mechanical :
-
Inspection instalasi piping dan Fitting,
-
Welding
Inspection
-
Hidrotest
-
Final
Alligment
-
Untuk
di site cek untuk temporary pipe jika dibutuhkan
Untuk pengetesan dengan beban pada equipment, perlu diadakan
tinjauan pada lokasi untuk memastikan bahwa fluida kerja atau fluida untuk test
sudah tersedia dan levelnya memenuhi quota. Jika perlu untuk memasang temporary
pipe maka dipastikan temporary pipe tersebut sudah selesai. Pemasangan
temporary pipe tersebut digunakan untuk sirkulasi fluida ke dalam tangki, pond
ataupun storage yang ada agar fluida yang digunakan tidak habis. Untuk pompa
yang menggunakan mechanical seal atau gland seal tidak boleh diputar dalam
keaadaan kering. Tidak adanya fluida dapat merusak seal yang ada pada
equipment. Selain fluida kerja juga mutlak untuk pengisiian lube oil atau
pelumas pada bearing equipment.
-
Temporary
pipe untuk sirkulasi fluida sudah terinstal
-
Jika
pipa sirkulasi tidak bias di modifikasi pastikan level fluida pada pond dapat
memenuhi kapasitas equipment yang akan di test sampai rentang waktu pengambilan
data terakhir.
-
Katup-katup
untuk sirkulasi fluida sudah di atur sedemikian rupa agar fluida tidak menuju
ke system atau line piping yang lain.
-
Bukaan
katup discharge di buka 25% atau di sesuaikan dengan tekanan kerja dan
kemampuan pompa.
-
Bukaan
katup pada sisi suction terbuka penuh
-
Pengaturan
katup di sesuaikan pada pressure indicator yang sudah ada pada system tersebut
sehingga equipment di test pada kondisi kerjanya.
-
Besaran
katup bisa dilihat pada mass balance untuk menentukan kondisi kerja normal.
III.1 Pengecekan pada saat Load Test equipment
Setelah equipment sudah d kopling dan
sudah melalui tahapan final alligment, pipa baik untuk sirkulasi atau untuk
transfere sudah tersedia, fluida sudah mencukupi untuk kebutuhan sirkulasi
ataupun untuk transfer (dihitung dengan cara mengalikan kapasitas pompa dengan
lama pengambilan data untuk pengetesan), maka pastikan bahwa katup inlet sudah
kondisi full open, pipa outlet berada d posisi bukaan kecil dan siap di adjust
dengan kondisi normal system tersebut, percabangan sudah di tutup agar fluida
hanya akan di sirkulasi atau di transfer ke tempat yang diijinkan, membuka
katup venting yang ada disepanjang line pipa agar udara yang terjebak di dalam
pipa bisa dikeluarkan dari system. Drain bisa dibuka untuk melihat bahwa aliran
sedang berjalan pada line, kemudian ditutup kembali.
Pengetesan dengan load pada
individual equipment hampir sama dengan pengetesan pada solo-run untuk besaran
vibrasi, temperature noise dan juga speed, hanya ada tambahan untuk monitoring
inlet pressure, outlet pressure, Winding temperature dan instrument vibrasi
yang bisa dilihat pada CCR sehingga harus ada koordinasi antara Engineer yang
ada dilokal dan di CCR.
Berikut pengecekan yang harus
dilakukan sebelum pengetesan dengan menggunakan beban :
-
Sebelum
dilakukan test harusnya di ajukan permit dan visual check bersama dengan
konsultan dan pelaksana, gunanya untuk saling memeriksa mengenai keadaan riil
di lapangan.
-
Setelah
di ijinkan untuk pengetesan dengan jasa sertifikasi kita bisa siapkan portable
APAR dan barikade line untuk menjaga area dari kecelakaan.
-
Pastikan
bahwa Grease, Lube oil, cooler, accu, fuel sudah di isi untuk kepentingan test
-
Pastikan
emergency push button sudah di install dan di test fungsinya sebelum bump test
(test putaran motor). (prosedur pelaksanaan pompa dapat dilihat pada lampiran)
-
Setelah
pengetesan emergency push button, di lanjutkan dengan bump test atau pengetesan
arah putaran motor, apakah putaran sudah benar dengan putaran pompa, fan, dan
equipment lainnya. Jika masih terjadi kesalahan putaran pada motor maka fasa
R-S-T dapat dibalik pada terminal box pada motor.
-
untuk
test individual motor atau solo-run sudah selesai dan dinyatakan layak operasi.
-
Ukur
arus start pada motor untuk memeriksa apakah power yang di konsumsi masuk dalam
spesifikasi motor tersebut.
-
Adapun
yang diukur dalam pengetesan motor adalah vibrasi, vibrasi tersebut di ukur di
dua tempat yaitu area DE motor (Drive End) shaft yang nantinya di pakai untuk
meneruskan gaya ke equipment dan juga pada NDE (Non Drive End) atau shaft yang
tidak dipakai untuk meneruskan gaya.
-
Adapun
yang diukur dalam pengetesan pompa, fan, mill, conveyor adalah vibrasi, vibrasi
tersebut di ukur di dua tempat yaitu area DE motor (Drive End) dan juga pada
NDE (Non Drive End) .
-
Pada
dua posisi bearing tersebut diukur untuk gaya dari Vertikal, Horyzontal, Axial
-
Monitoring
Winding Temperatur, bearing temperature, speed, arus, vibrasi pada tampilan DCS
dan dibandingkan dengan tampilan local.
VI. STANDAR PENGAMBILAN DATA
Key : A = Axial
H =
Horizontal
V=Vertical
Figure 4.1 Location for taking
vibration readings on horizontal pumps API Standard 610 / ISO 13709
Key : A = Axial
X = X axis
Y = Y axis
1 = Driver mounting surface
2 = Pump Bearing housing
Figure 4.2 Location for taking
vibration readings on vertically suspended pumps API Standard 610 / ISO 13709
Pengambilan Data vibrasi pada horizontal pump JBT 8097-1999
Pengambilan Data vibrasi pada horizontal pump JBT 8097-1999
Keterangan :
1.
Main measuring point in bearing suspension
2.
Main measuring point in bearing suspension
3.
Aux measuring point in support
I.
PENGAMBILAN DATA
DE Vertikal Motor
-
Pengukuran
vibrasi pada motor di atas menggunakan vibrasi tipe kabel magnet. Keuntungan
penggunaan alat vibrasi tersebut dapat menjangkau tempat yang sulit dan
nilainya lebih stabil karena tidak berdasarkan pada cara memegang. Namun karena
memakai kabel maka penggunaan harus lebih hati-hati karena sensor pada ujung
kabel yang rawan pada saat bongkar pasang dan kabel yang rawan terlipat
mengakibatkan pengukuran jadi kurang optimal.
DE Vertikal Motor
-
Pengukuran
Vibrasi motor diatas menggunakan vibrasi tipe sentuh.
Nilai vibrasi DE Vertikal Motor
vibrasi DE Horizontal Motor
Vibrasi DE axial
vibrasi NDE axial Motor
-
Selain Vibrasi motor perlu di lakukan pengukuran suhu pada
bearing, speed measurement atau RPM cek dan juga noise atau kebisingan motor.
Standar yang digunakan untuk pengetesan bisa di ambil pada dokumen FAT (Factory
Acceptance Test), standar pabrikan (manual book) ataupun standar internasional.
Pengambilan data pada Lokal
Keterangan :
1. NDE Motor
2. Bodi Motor
3. DE Motor
4. DE Pump
5.
NDE Pump
Tampilan DCS Winding Temperature dan bearing
temperature
Pada tampilan DCS untuk equipment HV terdapat temperature bearing dan
juga winding temperature bearing yang bekerja sebagai proteksi equipment itu
sendiri, sehingga pada saat parameter lebih dari kondisi normal maka equipment
bisa di trip kan oleh parameter yang tidak normal tersebut. Adapun 7 parameter
temperature di atas adalah :
1. Temperatur bearing motor front
2. Temperature bearing motor rear
3. Temperature bearing pump/fan front
4. Temperature bearing pump/fan rear
5. Temperature winding A
6. Temperature winding B
7. Temperature winding C
8.
Tampilan DCS Arus dan Speed
Pada tampilan DCS untuk equipment HV terdapat Arus dan speed yang bekerja
sebagai proteksi equipment itu sendiri, sehingga pada saat parameter lebih dari
kondisi normal maka equipment bisa di trip kan oleh parameter yang tidak normal
tersebut.
Demikian yang bisa penulis sampaikan,
data-data tersebu kami peroleh baik dari literatur buku, manual book, vendor drawing, tampilan DCS pembangkit, standar dan lain sebagainya.
Semoga bisa membantu,,
Wassalam
Ennol E