Sabtu, 12 Oktober 2013

Pre-commissioning mechanical rotating

Assalamualaikum,

Berikut penulis sampaikan mengenai pengalaman bekerja disalah satu proyek powerplant di wilayah Kalimantan Selatan. Yang akan dibahas adalah mengenai tahapan sebelum dimulainya proses commissioning sebuah power plant. pada sebuah powerplant, tidak hanya garansi yang harus equipment berikan kepada pembeli tetapi juga adanya waranty yaitu performa unit, karena nantinya yang akan dijual kembali adalah performa plant yang kita beli.karena adanya dua hal tersebut maka selama tahap konstruksi ada tahapan-tahapan yang harus dilalui yaitu proses quality control precommissioning dan commissioning utuk memastikan guaranty dan waranty dari sebuah powerplant. karena pemulis masih dalam tahap pre-commissioning mechanical, maka yang akan dibahas adalah tahap tersebut, nantinya setelah ilmu pengetahuan bertambah pasti akan masuk ke proses commissioning.

Segala sumbangsih saran dan kritik sangat diharapkan sebagai proses pembelajaran kedepannya. Monggo...

 I.                   DEFINISI
Precommissioning Adalah sebuah kegiatan sebelum dilaksanakannya commissioning test yang bertujuan untuk memastikan bahwa individual equipment yang telah selesai dalam tahap konstruksi dapat bekerja dengan baik sesuai standar yang ada. Kegiatan pre-comm sendiri meliputi test individual equipment setelah tahapan construction dinyatakan selesai oleh QA/QC. Dari segi mechanical precommissioning, tahapan construction dinyatakan selesai setelah QA/QC mengeluarkan sertifikasi yg telah di approve oleh pihak Owner, Consultant, Contractor and Sub-Contractor. Dari sisi pre commissioning mechanical sendiri di bagi menjadi
1.      Solo Run motor
2.      Load test equipment
Sedangkan equipment sendiri di bagi menjadi:
1.      Equipment LV dan MV < 0,4 kV
2.      Equipment HV 6 kV
Sertifikasi yg di keluarkan QA/QC untuk memulai tahapan pre commissioning dibagi lagi kedalam 3 disiplin ilmu yg mendukung equipment mechanical tersebut berjalan, disiplin ilmu tersebut yaitu :
1.      Mechanical certification
2.      Electrical Certification
3.      Instrument Certification

II.                 SOLO-RUN
II.1 Solo-run equipment LV dan MV
Untuk tahapan test solo run motor LV dan MV, kita hanya memerlukan certification dari sisi mechanical yaitu :
-          Level, Positioning, and Location sudah di approve dan dinyatakan ready to commissioning
-          Pre-Alligment untuk rotating equipment bukan produk paket sudah di lakukan untuk memudahkan pekerjaan alligment setelah proses solo-run
-          Kemudian disisi site sudah di cek untuk, lube oil, Grease, accu, fuel oil, dan juga disisi kopling sudah di uncouple antara motor dan equipment
Untuk tahapan Electrical kita memerlukan certification yaitu :
-           Megger test ( Insulation Test) Motor
-          Megger test ( Insulation Test ) Cable
-          Cable termination to Motor and Panel
-          Grounding pulling and Conection to Motor and Panel
-          Instalasi Emergency button and cable termination
Sertifikasi di atas menunjukkan bahwa equipment yg akan di test benar-benar dalam kondisi Ready to PreComm/Comm dari sisi konstruksi. Setelah tahapan di atas terpenuhi baru kita bisa ajukan test kepada Badan sertifikasi yang di tunjuk oleh Owner.
II.2 Pengetesan Solo-run equipment LV dan MV
Dalam pengetesan motor, baik untuk motor pompa, Fan, Coal Mill, dan sebagainya ada tahapan yang harus dilakukan agar pengetesan tersebut tetap dalam kondisi yang aman baik dari sisi equipment maupun lingkungan sekitar alat yang di tes tersebut.
-          Sebelum dilakukan test harusnya di ajukan permit dan visual check bersama dengan konsultan dan pelaksana, gunanya untuk saling memeriksa mengenai keadaan riil di lapangan.
-          Untuk solo-run test pastikan motor sudah di lepas pada bagian kopling ke equipment
-          Setelah di ijinkan untuk pengetesan dengan jasa sertifikasi kita bisa siapkan portable APAR dan barikade line untuk menjaga area dari kecelakaan.
-          Pastikan bahwa Grease, Lube oil, cooler, accu, fuel sudah di isi untuk kepentingan test
-          Pastikan emergency push button sudah di install dan di test fungsinya sebelum bump test (test putaran motor). (prosedur pelaksanaan pompa dapat dilihat pada lampiran)
-          Setelah pengetesan emergency push button, di lanjutkan dengan bump test atau pengetesan arah putaran motor, apakah putaran sudah benar dengan putaran pompa, fan, dan equipment lainnya. Jika masih terjadi kesalahan putaran pada motor maka fasa R-S-T dapat dibalik pada terminal box pada motor.
-          Setelah putaran sudah sesuai dengan arah putaran equipment test dapat dilanjutkan untuk test individual motor atau solo-run.
-          Ukur arus start pada motor untuk memeriksa apakah power yang di konsumsi masuk dalam spesifikasi motor tersebut.
-          Adapun yang diukur dalam pengetesan motor adalah vibrasi, vibrasi tersebut di ukur di dua tempat yaitu area DE motor (Drive End) shaft yang nantinya di pakai untuk meneruskan gaya ke equipment dan juga pada NDE (Non Drive End) atau shaft yang tidak dipakai untuk meneruskan gaya.
-          Pada dua posisi bearing tersebut diukur untuk gaya dari Vertikal, Horyzontal, Axial



II.3 Solo-run equipment HV
Untuk tahapan test solo run motor HV, kita  memerlukan certification dari sisi mechanical yaitu :
-          Level, Positioning, and Location sudah di approve dan dinyatakan ready to commissioning
-          Pre-Alligment untuk rotating equipment bukan produk paket sudah di lakukan untuk memudahkan pekerjaan alligment setelah proses solo-run
-          Kemudian disisi site sudah di cek untuk, lube oil, Grease, accu, fuel oil, dan juga disisi kopling sudah di uncouple antara motor dan equipment
Untuk tahapan Electrical kita memerlukan certification yaitu :
-          Cable termination to Motor and Panel
-          Grounding pulling and Conection to Motor and Panel
-          Instalasi Emergency button and cable termination
-          Hipot Test ( Test kebocoran arus pada motor 6 kV). Fungsi Hipot ini tujuannya sama dengan megger yaitu melihat apakah isolasi yg terinstal dengan motor dalam keadaan baik atau tidak. Yang membedakan adalah jika pada megger yang monitor adalah tahanannya antar fase dan ground, sedangkan pada hipot test yang di monitor adalah arus bocor. Semakin kecil nilai arus bocor maka isolasi tersebut terinstal dengan baik
-          Hipot kabel
Untuk Tahapan Instrumentasi kita memerlukan certification
-          RTD (Resistance Thermal Detector) termination for Winding temperature cek
-          Bearing Temperature sensor Termination
-          Vibration sensor Termination
-          Diatas adalah contoh instalasi yang harus di cek, tetapi secara umum tahapan dalam pengerjaan precommissioning instrument adalah Installation & wiring termination complete
-          Loop signal test complete. Test tersebut berfungsi untuk mengetahui bahwa alat instrumentasi tersebut sudah bias terbaca pada monitoring display CCR. Inst -> Junction box -> DCS -> Display.
-          Loop check actual from field. Jadi setelah sinyal tersebut sudah terconect dengan display CCR, maka langkah selanjutnya adalah memastikan bahwa besaran yang di kirim sinyal instrument tersebut bisa terbaca pada display CCR.
-          Permissible start & interlock Diagram. Setelah besaran sudah fix dengan kondisi actual maka selanjutnya adalah settingan untuk kondisi start yang harus dipenuhi agar equipment tersebut bias berjalan. Setelah kondisi startnya sudah tercapai, maka dapat dilanjutkan dengan interlock test dimana ada suatu kondisi diluar standar operasional yang harus mengirimkan sinyal trip terhadap equipment tersebut.
-          Interlock test diatas adalah untuk individual equipment tersebut, nantinya setelah individual tersebut sudah fix dilanjutka test interlock selanjutnya.
-          Function interlock test from DCS. Test ini sudah berhubungan dengan integrasi system yang ada pada power plant, misalnya pada system interlock feed water system. Dimana nantinya besaran volume, temp, dll  berpengaruh pada trip atau startingnya equipment yg mendukung system tersebut.


II.4 Pengetesan Solo-run equipment HV
Pada dasarnya pengetesan equipment HV hampir sama dengan equipment LV, hanya harus lebih diperhatikan bahwa pengetesan dilakukan dengan safety karena termasuk equipment dengan daya yang besar, pressure dan temperature tinggi.
-          Sebelum dilakukan test harusnya di ajukan permit dan visual check bersama dengan konsultan dan pelaksana, gunanya untuk saling memeriksa mengenai keadaan riil di lapangan.
-          Untuk solo-run test pastikan motor sudah di lepas pada bagian kopling ke equipment
-          Setelah di ijinkan untuk pengetesan dengan jasa sertifikasi kita bisa siapkan portable APAR dan barikade line untuk menjaga area dari kecelakaan.
-          Pastikan bahwa Grease, Lube oil, cooler, accu, fuel sudah di isi untuk kepentingan test
-          Pastikan emergency push button sudah di install dan di test fungsinya sebelum bump test (test putaran motor). (prosedur pelaksanaan pompa dapat dilihat pada lampiran)
-          Setelah pengetesan emergency push button, di lanjutkan dengan bump test atau pengetesan arah putaran motor, apakah putaran sudah benar dengan putaran pompa, fan, dan equipment lainnya. Jika masih terjadi kesalahan putaran pada motor maka fasa R-S-T dapat dibalik pada terminal box pada motor.
-          Setelah putaran sudah sesuai dengan arah putaran equipment test dapat dilanjutkan untuk test individual motor atau solo-run.
-          Ukur arus start pada motor untuk memeriksa apakah power yang di konsumsi masuk dalam spesifikasi motor tersebut.
-          Adapun yang diukur dalam pengetesan motor adalah vibrasi, vibrasi tersebut di ukur di dua tempat yaitu area DE motor (Drive End) shaft yang nantinya di pakai untuk meneruskan gaya ke equipment dan juga pada NDE (Non Drive End) atau shaft yang tidak dipakai untuk meneruskan gaya.
-          Pada dua posisi bearing tersebut diukur untuk gaya dari Vertikal, Horyzontal, Axial
-          Perhatikan juga winding temperature yang ada pada monitoring DCS atau di CCR
-          Vibrasi juga harus dikomparasikan pada pembacaan DCS dan juga di local sehingga dipastikan equipment dalam keadaan baik.


III.              LOAD TEST EQUIPMENT
Setelah proses solo run selesai,  tahapan pre-commissioning yaitu load Test equipment dimana motor sudah di beri beban yaitu equipment dengan fluida kerja, adapun certification yang di perlukan untuk equipment HV :
Dari sisi Mechanical :
-           Inspection instalasi piping dan Fitting, 
-          Welding Inspection
-          Hidrotest
-          Final Alligment
-          Untuk di site cek untuk temporary pipe jika dibutuhkan

Untuk pengetesan dengan beban pada equipment, perlu diadakan tinjauan pada lokasi untuk memastikan bahwa fluida kerja atau fluida untuk test sudah tersedia dan levelnya memenuhi quota. Jika perlu untuk memasang temporary pipe maka dipastikan temporary pipe tersebut sudah selesai. Pemasangan temporary pipe tersebut digunakan untuk sirkulasi fluida ke dalam tangki, pond ataupun storage yang ada agar fluida yang digunakan tidak habis. Untuk pompa yang menggunakan mechanical seal atau gland seal tidak boleh diputar dalam keaadaan kering. Tidak adanya fluida dapat merusak seal yang ada pada equipment. Selain fluida kerja juga mutlak untuk pengisiian lube oil atau pelumas pada bearing equipment.

-          Temporary pipe untuk sirkulasi fluida sudah terinstal
-          Jika pipa sirkulasi tidak bias di modifikasi pastikan level fluida pada pond dapat memenuhi kapasitas equipment yang akan di test sampai rentang waktu pengambilan data terakhir.
-          Katup-katup untuk sirkulasi fluida sudah di atur sedemikian rupa agar fluida tidak menuju ke system atau line piping yang lain.
-          Bukaan katup discharge di buka 25% atau di sesuaikan dengan tekanan kerja dan kemampuan pompa.
-          Bukaan katup pada sisi suction terbuka penuh
-          Pengaturan katup di sesuaikan pada pressure indicator yang sudah ada pada system tersebut sehingga equipment di test pada kondisi kerjanya.
-          Besaran katup bisa dilihat pada mass balance untuk menentukan kondisi kerja normal.


III.1 Pengecekan pada saat Load Test equipment

Setelah equipment sudah d kopling dan sudah melalui tahapan final alligment, pipa baik untuk sirkulasi atau untuk transfere sudah tersedia, fluida sudah mencukupi untuk kebutuhan sirkulasi ataupun untuk transfer (dihitung dengan cara mengalikan kapasitas pompa dengan lama pengambilan data untuk pengetesan), maka pastikan bahwa katup inlet sudah kondisi full open, pipa outlet berada d posisi bukaan kecil dan siap di adjust dengan kondisi normal system tersebut, percabangan sudah di tutup agar fluida hanya akan di sirkulasi atau di transfer ke tempat yang diijinkan, membuka katup venting yang ada disepanjang line pipa agar udara yang terjebak di dalam pipa bisa dikeluarkan dari system. Drain bisa dibuka untuk melihat bahwa aliran sedang berjalan pada line, kemudian ditutup kembali.
Pengetesan dengan load pada individual equipment hampir sama dengan pengetesan pada solo-run untuk besaran vibrasi, temperature noise dan juga speed, hanya ada tambahan untuk monitoring inlet pressure, outlet pressure, Winding temperature dan instrument vibrasi yang bisa dilihat pada CCR sehingga harus ada koordinasi antara Engineer yang ada dilokal dan di CCR.
Berikut pengecekan yang harus dilakukan sebelum pengetesan dengan menggunakan beban :

-          Sebelum dilakukan test harusnya di ajukan permit dan visual check bersama dengan konsultan dan pelaksana, gunanya untuk saling memeriksa mengenai keadaan riil di lapangan.
-          Setelah di ijinkan untuk pengetesan dengan jasa sertifikasi kita bisa siapkan portable APAR dan barikade line untuk menjaga area dari kecelakaan.
-          Pastikan bahwa Grease, Lube oil, cooler, accu, fuel sudah di isi untuk kepentingan test
-          Pastikan emergency push button sudah di install dan di test fungsinya sebelum bump test (test putaran motor). (prosedur pelaksanaan pompa dapat dilihat pada lampiran)
-          Setelah pengetesan emergency push button, di lanjutkan dengan bump test atau pengetesan arah putaran motor, apakah putaran sudah benar dengan putaran pompa, fan, dan equipment lainnya. Jika masih terjadi kesalahan putaran pada motor maka fasa R-S-T dapat dibalik pada terminal box pada motor.
-          untuk test individual motor atau solo-run sudah selesai dan dinyatakan layak operasi.
-          Ukur arus start pada motor untuk memeriksa apakah power yang di konsumsi masuk dalam spesifikasi motor tersebut.
-          Adapun yang diukur dalam pengetesan motor adalah vibrasi, vibrasi tersebut di ukur di dua tempat yaitu area DE motor (Drive End) shaft yang nantinya di pakai untuk meneruskan gaya ke equipment dan juga pada NDE (Non Drive End) atau shaft yang tidak dipakai untuk meneruskan gaya.
-          Adapun yang diukur dalam pengetesan pompa, fan, mill, conveyor adalah vibrasi, vibrasi tersebut di ukur di dua tempat yaitu area DE motor (Drive End) dan juga pada NDE (Non Drive End) .
-          Pada dua posisi bearing tersebut diukur untuk gaya dari Vertikal, Horyzontal, Axial
-          Monitoring Winding Temperatur, bearing temperature, speed, arus, vibrasi pada tampilan DCS dan dibandingkan dengan tampilan local.

VI.              STANDAR PENGAMBILAN DATA


Key :         A = Axial
                H = Horizontal
                V=Vertical

Figure 4.1 Location for taking vibration readings on horizontal pumps API Standard 610 / ISO 13709 






Key :      A = Axial
                X = X axis
                Y = Y axis
                 1 = Driver mounting surface
                 2 = Pump Bearing housing
Figure 4.2 Location for taking vibration readings on vertically suspended pumps API Standard 610 / ISO 13709 


Pengambilan Data vibrasi pada horizontal pump JBT 8097-1999





Pengambilan Data vibrasi pada horizontal pump JBT 8097-1999

Keterangan :
1.      Main measuring point in bearing suspension
2.      Main measuring point in bearing suspension
3.      Aux measuring point in support

I.                   PENGAMBILAN DATA




DE Vertikal Motor

-          Pengukuran vibrasi pada motor di atas menggunakan vibrasi tipe kabel magnet. Keuntungan penggunaan alat vibrasi tersebut dapat menjangkau tempat yang sulit dan nilainya lebih stabil karena tidak berdasarkan pada cara memegang. Namun karena memakai kabel maka penggunaan harus lebih hati-hati karena sensor pada ujung kabel yang rawan pada saat bongkar pasang dan kabel yang rawan terlipat mengakibatkan pengukuran jadi kurang optimal.




  
DE Vertikal Motor

-          Pengukuran Vibrasi motor diatas menggunakan vibrasi tipe sentuh.





Nilai vibrasi DE Vertikal Motor




vibrasi DE Horizontal Motor





Vibrasi DE axial
  

  


  
vibrasi NDE axial Motor

-          Selain Vibrasi motor perlu di lakukan pengukuran suhu pada bearing, speed measurement atau RPM cek dan juga noise atau kebisingan motor. Standar yang digunakan untuk pengetesan bisa di ambil pada dokumen FAT (Factory Acceptance Test), standar pabrikan (manual book) ataupun standar internasional.








Pengambilan data pada Tampilan DCS






Pengambilan data pada Lokal
Keterangan :
1.      NDE Motor
2.      Bodi Motor
3.      DE Motor
4.      DE Pump
5.      NDE Pump
  



Tampilan DCS Winding Temperature dan bearing temperature

Pada tampilan DCS untuk equipment HV terdapat temperature bearing dan juga winding temperature bearing yang bekerja sebagai proteksi equipment itu sendiri, sehingga pada saat parameter lebih dari kondisi normal maka equipment bisa di trip kan oleh parameter yang tidak normal tersebut. Adapun 7 parameter temperature di atas adalah :
1.      Temperatur bearing motor front
2.      Temperature bearing motor rear
3.      Temperature bearing pump/fan front
4.      Temperature bearing pump/fan rear
5.      Temperature winding A
6.      Temperature winding B
7.      Temperature winding C


8.       


Tampilan DCS Arus dan Speed

Pada tampilan DCS untuk equipment HV terdapat Arus dan speed yang bekerja sebagai proteksi equipment itu sendiri, sehingga pada saat parameter lebih dari kondisi normal maka equipment bisa di trip kan oleh parameter yang tidak normal tersebut.



Demikian yang bisa penulis sampaikan, 
data-data tersebu kami peroleh baik dari literatur buku, manual book, vendor drawing, tampilan DCS pembangkit, standar dan lain sebagainya.

Semoga bisa membantu,,

Wassalam
Ennol E