Assalamualaikum, di sela-sela kegiatan baik itu keluarga, pekerjaan, hobi dan juga lainnya, saya ingin menuliskan mengenai pengetahuan yang sesuai disiplin ilmu dan juga pekerjaan yang nantinya bisa sebagai bacaan saya sendiri jika sedang tidak membawa data-data atau materi, sehingga tinggal baca blog sendiri, juga mungkin ada yang membutuhkan. Semoga nantinya tulisan ini dapat membantu sesama untuk kebaikan kita. Wassalam...
Ennol Endrianto
MINYAK
PELUMAS
Abstrak
Minyak
pelumas (oli) merupakan salah satu substansi pendukung operasional mesin yang
sangat vital. Pemilihan, penggunaan dan penggantian mnyak pelumas menentukan
kelangsungan operasional mesin. Oleh karena itu pengetahuan tentang minyak
pelumas harus benar - benar diperhatikan
dan diperdalam terutama oleh mahasiswa teknik yang dalam bidangnya tentu akan
berhubungan dengan mesin yang menggunakan minyak pelumas.
Dengan latar belakang inilah makalah
ini disusun sebagai tugas mata kuliah Teknik Reparasi Permesinan. Tujuannya
agar mahasiswa lebih mengerti tentang tenologi minyak pelumas, meliputi:
Jenis-jenis minyak pelumas, zat apa saja yang terkandung di dalamnya, pemilihan
dan penggunaan minyak pelumas serta waktu berkala penggantian minyak pelumas.
Batasan
Materi
Dalam makalah ini materi yang akan
dibahas hanya terbatas pada: Jenis-jenis minyak pelumas, zat apa saja yang
terkandung di dalamnya, pemilihan dan penggunaan minyak pelumas serta waktu
berkala penggantian minyak pelumas.
TEKNOLOGI MINYAK PELUMAS
Bahan Dasar
Minyak Pelumas
1. Mineral/minyak
bumi dari jenis parafinik (parafinic base) sebagian terbesar di dunia dan Naftenik (Naphtenic base) dari Venezuela
dan Amerika Serikat.
2. Tumbuh-tumbuhan
yang biasa digunakan adalah minyak jarak (Castor
Oil), pohon ini dapat tumbuh dengan
mudah di Indonesia
atau didaerah tropis.
3. Minyak
sintetis (Synthetic Oil) yang
merupakan hasil proses dari hydrocarbon
synthetic senyawa komplek dari hydro carbon (misalnya poly alpha olefin), esther atau
alkylated naphtalene atau full synthetic oil murni dan campuran
antara minyak mineral dan hydro carbon synthetic disebut semi synthetic oil.
Jenis –
Jenis Minyak Pelumas
Menurut bahan dasar pembuatnya,
minyak pelumas digolongkan menjadi dua jenis, yaitu:
-
Mineral oil
-
Syntethic oil
- Mineral oil
Mineral Oil merupakan minyak pelumas dengan basis
base oil tanpa adanya zat aditif tambahan, sehingga sifat-sifat nya masih
kurang efektif untuk pelumasan.
- Syntethic oil
Syntethic
oil adalah pelumas dengan bahan
dasar base oil dan tambahan zat-zat aditif untuk memperbaiki sifat-sifat dari
minyak pelumas tersebut. Zat aditif ini bermacam-macam jenisnya, misal untuk
meningkatkan viskositas minyak pelumas, menambah kandungan deterjen,
meningkatkan harga TBN dan sebagainya. Karena itu jika diinginkan menambah zat
aditif pada minyak pelumas maka harus diperhatikan dulu karakteristik minyak
pelumas tersebut, misal kekentalan minyak kurang, maka dapat ditambahkan aditif
untuk kekentalan, tapi yang perlu diperhatikan penambahan aditif ini tidak
dapat memperbaiki kualitas minyak pelumas seperti pada kondisi baru.
Zat Additive pada Minyak Pelumas
Untuk menaikkan kualitas minyak pelumas dapat
menggunakan cara dengan menambahkan additive. Penambahan additive dan meningkatkan kualitas dari
pelumas, antara lain :
- Detergents
Menaikan kualitas detergent dalam membersihkan deposit-deposit yng
terdapat pada komponen engine, selain itu mencegah timbulnya deposit yang
terjadi.
- Dispersants
Mengumpulkan
kontaminasi yang terdapat pada pelumas yang kemudian di akan di saring dalam
filter.
- Anti-wear/Extreme Pressure Agents
Memberikan lapisan film yang kuat pada komponen
metal yang bergesekan. Lapisan film itu dapat bertahan dalam kondisi panas
extreme dan tekanan tinggi agar memberikan proteksi aman dari kerusakan.
- Friction Modifiers
Pelumas sebagai bahan slip agar mengurangi gesekan. Dengan mengurangi
ini losess engine engine akan turun sehingga menaikan fuel efficiency.
- Lubricity Agent
Menurunkan gesekan dan memperbaiki pelumas.
- Antioxidants
Memperbaiki pelumas dari organic compounds karena perlakuan panas.
§ Rust/Corrosion
Inhibitors:
Sebagai mencegah korosi dan karat pada komponen engine akibat adanya
air, kadar asam dalam pelumas pada saat engine beroperasi.
§ Ashless Demulsifiers
Zat kimia
yang berfungsi membuang kadar air akibat kelembaban yang berubah.
§ Pour Point Depressants
Agar pelumas dapat bekerja dalam kondisi temperature rendah.
§ Antifoam Agents
Memperlambat terjadinya
deformasi pelumas akibat kerja dari engine.
§ Seal Conditioners
Swell the
elastomeric engine seals to prevent fluid leakage.
§ Metal Deactivators
Sebagai
lapisan film pada komponen metal untuk mencegah deposit yang terjadi pada
komponen metal.
§ Viscosity Modifiers
Memperbaiki kualitas
viskositas pelumas akibat perubahan temperature, kerja engine dan
mempertahankan efektifitas pelumas. Menjaga komponen engine pada saat extreme
temperature.
Dengan menambah additive biaya operasional kapal
akan turun karena pemakian pelumas yang hemat serta dapat memelihara engine
agar tidak cepat rusak.
API
standart untuk pelumas diesel engine
Keunggulan pelumas synthetik
dibandingkan mineral
1. Lebih stabil pada temperatur tinggi.
2. Mengontrol dan mencegah terjadinya endapan karbon pada
mesin.
3. Sirkulasi lebih lancar ketika mesin start up pada
temperatur dingin
4. Melumasi dan melapisi bagian logam lebih baik
5. Tahan terhadap perubahan atau oksidasi
6. Mengurangi terjadinya gesekan dan mampu memisahkan diri
dengan air dengan sendirinya.
Karakteristik Minyak Pelumas
Beberapa karakteristik dari minyak pelumas yang utama
adalah sebagai berikut :
a. Viskositas ( viscocity
) dan Index Viskositas
Viskositas adalah sifat kekentalan yang dimiliki
oleh minyak pelumas yang berguna untuk menahan laju alirannya atau antara
minyak dan permukaan, makin kental
minyak maka laju aliran dekat permukaan akan makin lambat atau gaya geser
antara minyak dan permukaan makin besar. Ukuran kekentalan minyak pelumas
digunakan satuan Redwood seconds, derajat Engler, Saybolt Universal Seconds,
dan centi Stokes ( cSt ). Biasanya viskositas minyak pelumas dihitung tiap 100 0C
dan 40 0C. Klasifikasi viskositas dibagi dalam 2 sistem, yaitu :
Ø Untuk industri dengan istilah Oil Viscosity Grade
Ø
Untuk automotive dengan istilah SAE (Society of
Automobile Engineers)
Tabel Viskositas menurut Grade SAE
Index viskositas adalah angka yang menunjukan
kemampuan minyak untuk bertahan/ mempertahankan kekentalannya terhadap
perubahan temperatur yang diderita oleh minyak pelumas. Makin tinggi nilai
index viskositas minyak, makin stabil tingkat kekentalannya terhadap perubahan
temperature dan juga sebaliknya.
b. Berat Jenis / Density
Diukur pada temperature 15 0C dengan
satuan kg/l . Makin kental minyak pelumas
makin tinggi berat jenisnya . Besarnya berat jenis pelumas < 1,0 kg/l.
c. Flash
point dan pour point
Diukur dalam
0C, flash point (titik
siap terbakar) rata-rata diatas 2000C, pour point untuk kondisi
rata-rata Indonesia kurang diperhatikan karena temperatur udara cukup
tinggi. Kalau flash point
terlalu rendah dapat jadi masalah dengan banyaknya pelumas yang ikut terbakar
(terbuang) dan adanya bahaya kebakaran. Batasan nilai flash point minyak pelumas pada pemeriksaan laboratorium/test dibawah
1800C, maka minyak disarankan untuk diganti.
d. Total
Base Number ( TBN )
Merupakan angka kadar basa yang dinyatakan dalam mgr KOH/gram. Angka TBN
merupakan ukuran kemampuan minyak pelumas untuk menetralisir asam kuat (sulfat)
yang terjadi dari proses pembakaran dalam silinder. Bahan aditif yang biasa
digunakan untuk memperbaiki TBN antara lain senyawa Calsium (Ca), Barium
(Ba) atau Magnesium (Mg). Selain itu
pelumas harus memiliki angka TBN yang baik agar tidak terjadi kehilangan angka
TBN awal.
e. Total
Acid Number ( TAN )
Parameter ini menunjukan tingkat keasaman organic yang dimiliki minyak
pelumas tersebut. Besaran ini dapat dipakai sebagai ukuran tingkat oksidasi
dari minyak pelumas. TAN untuk minyak pelumas mesin diesel dipilih yang sekecil
– kecilnya.
f.
Detergency dan Dispersancy
Detergency dimaksud adalah kemampuan minyak pelumas untuk membersihkan
dinding dari kotoran yang timbul dari hasil pembakaran . Sedangkan dispersan
adalah kemampuan minyak pelumas untuk mengurai atau memisahkan kotoran hasil
pembakaran menjadi butiran bebas, dengan maksud agar tidak terjadi pengumpalan
(jelaga) yang dapat merusak mesin. Dispersan umumnya digunakan untuk minyak
pelumas diesel putaran tinggi.
g. Demulsibility
Yaitu kemampuan minyak pelumas untuk memisahkan diri dari air. Batasan
kandungan air dalam minyak pelumas maksimal adalah 0,2 % volume. Umumnya
digunakan pada minyak pelumas diesel putaran sedang atau atas dasar permintaan
dari pabrikan mesin.
h. Oxidation
Stability
Yaitu kemampuan minyak pelumas untuk melindungi diri dari proses
kerusakannya dini akibat terjadinya reaksi kimia antara oksigen dan komponen
minyak yang menimbulkan kotoran dan asam.
i.
Wear Control
Yaitu kemampuan minyak pelumas untuk mempertahankan komposisi kimianya
jika digunakan dalam jangka waktu yang panjang dan pada temperatur yang tinggi
agar tidak berubah menjadi “sludge“ atau polimer yang dapat mengurangi
kemampuan minyak itu sendiri .
j.
Anti Foaming
Yaitu kemampuan minyak pelumas untuk tidak membentuk busa dan sekaligus
dapat memisahkan diri dari udara atau mengurangi tingkat oksidasi minyak.
Karena dengan timbulnya busa dalam minyak sangat mempengaruhi kualitas
pelumasan dan dapat membahayakan bagian mesin khususnya bearing.
k. Spreadability
Yaitu kemampuan minyak pelumas untuk menyebar kedaerah-daerah yang
sering terjadi gesekan atau butuh pelumasan. Kemampuan minyak pelumas ini
penting terutama untuk pelumasan silinder.
Fungsi pelumas
Oli atau minyak
pelumas bekerja melumasi bagian-bagian mesin khususnya bagian yang bergerak
dengan tujuan :
-
mengurangi gesekan pada permukaan
-
membersihkan mesin
-
mencegah korosi
-
untuk pengecekan
-
pendingin
Untuk mencapai
tujuan tersebut, minyak pelumas tidak dapat bekerja dengan sempurna oleh
karenanya dilakukan penamabahan aditif sehingga kerja minyak pelumas lebih
baik.
Keterangan :
- Mengurangi Gesekan
Fungsi utama minyak pelumas adalah untuk mengurangi gesekan permukaan logam
dengan cara membentuk lapisan diantara dua permukaan yang bergesekkan.
Kekentalan minyak pelumas menunjukkan nilai ketebalan dan hambatan dari aliran
minyak. Harga kekentalan ditunjukkan dengan SAE (Society of Automotive Engineers) Viscosity Grade. Angka terendah menunjukkan minyak
dengan viskositas rendah dan harga tinggi menunjukkan kekentalan yang tinggi.
Kekentalan atau viskositas minyak pelumas harus sesuai dengan jenis mesin
(kebutuhan mesin). Terdapat
dua tipe dari minyak pelumas yaitu single grade dan multi grade. Sebagai contoh
minyak SAE 10W-30, artinya minyak didesain memiliki viskositas SAE 10W pada
temperatur rendah yang dikombinasikan dengan minyak SAE 30 pada kondisi
temperatur kerja mesin. W atau Winter menunjukkan viskositas minyak pada
temperatur rendah (dibawah 300F). Untuk menentukan nilai viskositas, minyak pelumas diukur
pada suhu 400 dan 1000
C. Misal: SAE 40 – Pada suhu 400
C nilai viskositasnya antara 120 – 170 cst. Pada suhu 1000 C
nilai viskositasnya antara 13 – 17 cst.
Kekentalan minyak pelumas harus disesuaikan dengan
pemakaiannya, untuk pemakaian ringan cukup dengan SAE rendah, tapi untuk torsi
yang berat seperti gearbox maka digunakan SAE yang tinggi.
- Sebagai Pembersih
Minyak pelumas bekerja pada seluruh permukaan mesin, dimana jika terdapat
kotoran atau gram-gram logam yang bergesekan, maka akan terbawa oleh minyak
pelumas yang bersikulasi. Kotoran ini akan disaring dan untuk gram yang
berukuran besar (lolos dari strainer) akan dikumpulkan pada tangki panampung.
Hal yang berpengaruh adalah kandungan deterjen pada minyak pelumas. Takaran
deterjen yang terdapat pada minyak pelumas juga harus tepat, karena apabila
kandungan deterjen sedikit maka efektifitas fungsi minyak pelumas sebagai
pembersih berkurang, sebaliknya apabila kandungan deterjen didalam minyak
pelumas terlalu banyak maka akan menimbulkan banyak gelembung udara atau busa
yang juga tidak dapat mengurangi keefetifitasan minyak pelumas.
- Mencegah terjadinya korosi
Pada silinder
liner terjadi proses pembakaran bahan-bakar, dimana terjadi proses konversi
energi kimia menjadi energi mekanik. Setelah pembakaran, sisa-sisa bahan bakar
(gram-gram) yang terkumpul pada silinder liner harus dibersihkan oleh minyak
pelumas agar tidak ikut terbakar pada proses pembakaran selanjutnya (dapat
mengurangi kualitas pembakaran).
Pada motor diesel, penggunaan minyak pelumas harus
disesuaikan dengan tipe dari bahan-bakar yang digunakan oleh motor diesel
tersebut. Hal ini disebabkan perbedaan karakteristik dasar (komposisi penyusun)
dari bahan-bakar dimana berbeda-beda untuk tiap-tiap bahan-bakar. Jadi untuk
bahan-bakar HFO akan berbeda minyak pelumasannya dengan MDO ataupun solar.
Pada motor diesel sebagai contoh motor 4 tak,
sylinder liner merupakan bagian yang harus dilumasi
dengan tipe pelumas sesuai dengan tipe bahan-bakar yang digunakan. Pada silinder liner terjadi proses pembakaran
bahan-bakar, dimana terjadi proses konversi energi kimia menjadi energi
mekanik. Setelah pembakaran, sisa-sisa bahan bakar (gram-gram) yang terkumpul
pada silinder liner harus dibersihkan oleh minyak pelumas agar tidak ikut
terbakar pada proses pembakaran selanjutnya (dapat mengurangi kualitas
pembakaran).
Kandungan sulfur pada bahan-bakar akan berbeda-beda
untuk tiap-tiap tipe. Pada proses pembakaran,
sisa-sisa sulfur pada gram-gram pembakaran harus mampu dinetralkan oleh minyak
pelumas yang digunakan, yaitu tingkat kandungan basa atau total base number (TBN) harus sesuai dengan jumlah sulfur yang
dihasilkan oleh gram bahan-bakar.
Berikut ini contoh penggunaan tipe minyak pelumas salah
satu motor diesel dengan tiga jenis bahan-bakar yang berbeda yaitu :
-
Solar
-
MDO
-
HFO
Hal yang berpengaruh disini adalah kandungan TBN (Total
Base Number) yang terdapat didalam minyak pelumas. Apabila kandungan TBN didalam minyak pelumas berkurang
maka akan mengakibatkan korosi pada bagian-bagian mesin. Mesin yang menggunakan
bahan bakar HFO jika ingin diganti dengan bahan bakar MDO maka jenis minyak
pelumasnya juga harus diganti dengan nilai kandungan TBN yang sesuai.
Penggunaan pelumas untuk tipe
bahan-bakar Solar
Pada penggunaan solar direkomendasikan oleh engine maker
untuk menggunakan minyak pelumas dengan harga TBN sekitar 6 mgKOH/g
Penggunaan pelumas untuk tipe
bahan-bakar MDO
Pada penggunaan MDO direkomendasikan oleh engine maker
untuk menggunakan minyak pelumas dengan harga TBN sekitar 12-15 mgKOH/g, dimana
lebih tinggi dibanding dengan solar, ini dikarenakan tingkat kandungan sulfur
MDO lebih tinggi dari solar (sekitar
Penggunaan pelumas untuk tipe bahan-bakar HFO
Pada
penggunaan HFO direkomendasikan oleh engine maker untuk menggunakan minyak
pelumas dengan harga TBN sekitar 20-40 mgKOH/g yang disesuaikan dengan kondisi
HFO
- Sebagai alat cek
Fungsi minyak pelumas sebagai alat cek disini berhubungan dengan preventive
maintenance dari sebuah mesin, dimana dilakukan pengambilan sample minyak
pelumas untuk dianalisa dilaboratorium, tujuannya adalah untuk mengetahui
komposisi-komposisi apa saja yang terkandung dalam minyak pelumas, dari
kandungan komposisi tersebut dapat dianalisa bagian-bagian mesin yang mengalami
kerusakan serta penyebabnya.
HASIL UJI
|
KEMUNGKINAN PENYEBAB
|
INDIKASI KONDISI ENGINE
|
KONFIRMASI
|
Viskositas
Turun
|
Campuran Air
|
Kebocoran Cooling
|
- Kadar air naik
- TBN turun
- Kontaminan naik
- Kandungan aditive turun
|
Campuran F.O
|
Blow-by
|
- Kandungan ash naik
- TBN turun
- Kandungan aditif turun
- S.F.O.C niak
|
|
Aditif Rusak
|
Mutu Pelumas
|
- Kandungan aditif turun
- TBN turun
- Kontaminan tetap
|
|
Viskositas
Naik
|
Aditif Rusak
|
- Jenis Aditif Jelek
- Overheating
|
- Kandungan aditif turun
- Kondisi engine &
beban
S.F.O.C naik
|
TBN Turun
|
Kandungan Sulfur
|
Mutu F.O Jelek
|
- Kontaminan naik
- Kandungan aditif turun
- Kandungan ash tetap
|
Blow-by
|
- Kandungan ash naik
- Viskositas turun
- Kontaminan naik
- Kandungan aditif turun
- S.F.O.C naik
- Densitas turun
|
||
Kontaminan
|
Kebocoran Cooling
|
- Kadar air naik
- Viskositas turun
- Kontaminan naik
- Kandungan aditif turun
|
|
Kandungan
Logam Naik
|
Material Debris Komponen
|
Keausan Komponen
|
- Chek jenis material
komponen
- Kandungan sedimen
naik
- Densitas naik
- Check sistem pelumas
|
Kadar Air Naik
|
Campuran Air
|
Kebocoran Cooling
|
- Viskositas turun
- TBN turun
- Kontaminan naik
- Kandungan aditif turun
|
Jenis Material
Kontaminan
|
Indikasi Keausan Komponen
|
Aluminium
(Al)
|
Piston (bahan light
alloy Al), Crankshaft bearing (bahan Al Sn), dan Komponen pada Al Casings
|
Antimony
|
White metal plain
bearing
|
Boron
(Br)
|
Kebocoran
pendingin, Terdapat pada additive pelumas
|
Chromium
(Cr)
|
Piston rings,
Cylinder liner, atau Valve seat
|
Cobalt
(Co)
|
Valve seat atau
Hard coating
|
Tembaga
(Cu)
|
Bronze bearing,
atau Rolling element bearing cages
|
Indium
|
Crankshaft bearing
|
Besi
(Fe)
|
Gear, Shaft, Cast
iron cylinder bores
|
Timbal
(Pb)
|
Plain bearing
|
Magnesium
(Mg)
|
Komponen plastik dengan talc filter, atau kemasukan air laut
|
Nickel
(Ni)
|
Valve seat, atau
alloy steel
|
Potasium
|
Kebocoran pendingin
|
Silicon
|
Kemasukan debu
(filter problem)
|
Sodium
(Na)
|
Kebocoran pendingin
atau air laut
|
Timbal
(Sn)
|
Plain bearing
|
Vanadium
(Va)
|
Blow-by dari bahan
bakar
|
Seng
(Zn)
|
Bahan additive
minyak pelumas
|
Kontaminasi dan material yang tidak diinginkan dalam
minyak pelumas
•
Wear Elements
•
Dirt and Soot
•
Fuel
•
Water
•
Ethylene Glycol/Antifreeze
•
Sulfur Products/Acids
•
Oxidation Products
Salah satu contoh hasil pengujian
atau pengecekan pada salah satu project guide mesin merk CATERPILLAR dimana terdapat kontaminan-kontaminan yang
ada pada saat dilakukan test berkala, pengujian tersebut dilakukan dengan
jadwal yang di ajukan maker untuk mengetahui apa saja yang terkandung dalam
minyak pelumas, setelah melewati prosedur tersebut maka pada pihak maker akan
melakukan analisis rekomendasi (pada table selanjutnya) sehingga pengguna dapat
menentukan langkah apa yang akan di
ambil dalam operasional engine dengan mengacu pada hasil laboratorium apakah
ada overhaul atau memperbaiki kualitas minyak pelumas :
Dalam fungsinya
sebagai alat pengecek, maka di bawah ini akan di jelaskan sedikit tentang alat
yang digunakan sebagai media untuk mengetahui kadar kontaminan dalam minyak pelumas
:
- Mengukur kontaminasi yang terjadi pada minyak
pelumas dalam satuan ppm.
- Digunakan untuk mengetahui aliran kecepatan
dari minyak pelumas, tekanan, temperatur.
- Untuk mengetahui banyak uap air yang terkandung
dalam minyak pelumas
- Untuk mengetahui kandungan air yang terdapat
dalam minyak pelumas
- Pengukur viskositas dari minyak pelumas
Pendingin
Minyak pelumas juga dapat sebagai pendingin dari mesin, tetapi ini bukan
tujuan utama tetapi karena suhu munyak pelumas yang lebih rendah dari suhu
ruang bakar maka heat akan ikut terbawa oleh minyak pelumas.
Pelumasan untuk setiap tipe mesin
akan berbeda, misalnya untuk pelumasan pada mesin 2 tak dan 4 tak, pada mesin 4
tak hanya membutuhkan 1 sistem pelumasan yang mencakup pelumasan semua bagian
mesin, sedangkan untuk mesin 2 tak mempunyai 2 sistem pelumasan yang berbeda
yaitu pelumasan ring piston dan crankshaft. Adanya perbedaan pelumasan ini
diakibatkan konstruksi mesin 2 tak yang sangat panjang sehingga jika digunakan
1 sistem pelumasan tidak akan dapat menjangkau bagian ring piston sehingga
digunakanlah 2 sistem pelumasan. Ketentuan untuk 2 sistem pelumasan tersebut
berbeda karena pada sistem yang melumasi ring piston harus mempunyai kandungan
tertentu untuk membersihkan sulfur dan kotoran sisa dari pembakaran, sedangkan
untuk pelumasan crankshaft hanya untuk mengurangi gesekan antara crankshaft dan
jurnal bearing.
Pelumasan juga dapat dibagi lagi
menjadi sistem pelumasan basah dan sistem pelumasan kering, berikut
penjelasannya :
- Sistem
basah / wet sump
Pada sistem basah, carter (penampungan pelumas) terletak pada mesin atau
menjadi satu dengan mesin pelumas tersebut kemudian dicipratkan oleh sendok
yang terpasang pada shaft kemudian melumasi bagian yang bergesekan.
- Sistem
kering / dry sump
Untuk sistem kering pada mesin tidak ada carter tetapi pelumas ditampung
pada penampungan lain kemudian dipompa melumasi bagian yang bergesekkan, pada
sistem ini konstruksi conecting rod berlubang untuk jalan sirkulasi pelumas.
Pelumas yang telah bersirkulasi kemudian menetes dan ditampung pada sebuah
penampunan di mesin bagian bawah untuk kemudian di pompa lagi ke dalam carter
Gambar diatas
adalah salah satu contoh sistem pelumasan tipe dry sump atau sistem kering,
seperti penjelasan sebelumnya bahwa pada tipe ini carter atau penampungan
minyak pelumas berada di luar tangki
atau memiliki tangki tersendiri untuk mensuplai mesin, dari minyak pelumas yang
dipompa ke dalam mesin pasti akan menetes setelah melumasi bagian-bagian yang
bergesekan, tetesan-tetesan itu akan ditampung pada penampungan sementara
kemudian akan dipompa ke carter untuk disirkulasikan lagi kedalam mesin,
sebelum bersirkulasi ke dalam mesin minyak pelumas akan melewati filter untuk
dibersihkan dari kandungan sisa-sisa
pembakaran. Kemudian setelah dibersihkan minyak pelumas itu didinginkan oleh LO
cooler untuk mendinginkan suhu mesin agar tidak over heat.
MINYAK PELUMAS DI KAPAL
Minyak pelumas kapal biasanya dikelompokkan sebagai
pelumas dan grease yang digunakan pada mesin dan peralatan-peralatan lain
dikapal. Beberapa jenis minyak pelumas yang dikelompokkan berdasarkan fungsi
dan kegunaannya adalah:
a. Engine Oil, Jenis pelumas setiap mesin tidaklah sama tergantung jenis
bahan bakar yang digunakan dan tipe dari mesin tersebut
b. Hydraulic Oil, Biasanya yang dipilih dari hydraulic oil adalah
viskositas yang tinggi
c. Gear Oil, Biasanya yang dipilih dari gear oil adalah yang
memiliki pour point yang rendah,
mengingat gesekan rentan menimbulkan panas
d.
Refrigerant Compressor Oil, Pemilihan minyak ini harus didasarkan pada tipe
refrigeran yang digunakan
e.
Air Compressor Oil, Biasanya yang dipilih dari air compressor oil adalah
yang berbahan dasar sintetic karena daya tahan terhadap tekanannya lebih tinggi
f.
Grease, Biasanya yang dipilih yang
memiliki karakteristik anti air yang baik
Menurut CIMAC (International
Council Of Combustion Engine) sistem pelumasan pada mesin dibagi menjadi 2,
yaitu:
a. Pelumasan pada mesin diesel 2 langkah crosshead
Pada jenis mesin ini, pelumasan menggunakan 2 jenis
pelumasan yaitu:
-
Pelumasan silinder, Mesin
diesel 2 langkah memiliki penampang yang tinggi sehingga sistem pelumasan tidak
sampai keseluruh cylinder liner
secara sempurna. Sedangkan cylinder liner
sangat memerlukan pelumasan dikarenakan cylinder
liner selalu bergesekan dengan piston ring dan tempat terjadinya pembakaran
sehingga perlu sistem pelumasan sendiri. Minyak pelumas yang digunakan untuk
melumasi cylinder liner harus
memiliki spesifikasi dan kekentalan tertentu karena kondisi diatas dan
menyesuaikan dengan bahan bakar yang digunakan, mengingat minyak pelumas ini
sebagian besar akan terbakar diruang pembakaran.
Jika bahan bakar yang digunakan oleh mesin adalah Heavy Fuel Oil (HFO) atau minyak bakar,
maka biasanya karakteristik pelumasannya menggunakan pelumas yang memiliki
angka TBN 70 mgr KOH/gr dengan viskositas SAE 50. Untuk bekerja pada titik
operasinya biasanya menggunakan pelumas yang memiliki angka TBN 30-40 mgr
KOH/gr dengan viskositas SAE 50.
-
Pelumasan Sistem, Merupakan
gabungan pelumasan pada bearing, piston, crankshaft, dan yang lainnya. Pelumas
yang digunakan menggunakan pelumas yang telah ditentukan tapi berbeda dengan
pelumas silinder. Pelumasan sistem biasanya menggunakan pelumas yang memiliki
angka viskositas SAE 40 dan beberapa pabrikan mesin merekomendasikan SAE 30.
Sedangkan angka TBN yang digunakan adalah 0-20 tergantung penggunaannya.
Apabila mesin dengan piston berpendingin air, maka menggunakan angka TBN 0-2
mgr KOH/gr. Sedangkan mesin dengan piston berpendingin minyak menggunkan angka
TBN 4-20 mgr KOH/gr. Standart yang digunakan untuk pelumasan ini adalah
standart API CF.
b. Pelumasan pada mesin diesel putaran tinggi atau sedang
Pada pelumasan mesin ini tidak ada pembagian seperti
dimesin 2 langkah. Pelumasan pada bearing, silinder, piston, dan bagian lainnya
menggunakan pelumasan yang sama. Pelumasan pada mesin putaran tinggi dan sedang
memiliki beberapa perbedaan dalam pemilihan spesifikasinya.
Ø Pelumasan pada mesin putaran sedang, Biasanya menggunakan
pelumas yang memiliki angka viskositas SAE 40 dan beberapa pabrikan mesin
merekomendasikan SAE 30. Sedangkan pemilihan angka TBN didasarkan pada jenis
bahan bakar yang digunakan, yaitu:
-
High Speed Diesel Fuel (HSD): 12-20 mgr KOH/gr
-
Diesel
Oil/ Light Fuel Oil: 20-30 mgr KOH/gr
-
Heavy
Fuel Oil (HFO): 40-50 mgr KOH/gr
Ø
Pelumasan pada mesin putaran tinggi, Pada mesin ini
biasanya pelumasnya menggunakan standart API CH4 atau dibawahnya, minimal
menggunakan standart API CC. Viskositas yang dibutuhkan adalah SAE 40, akan
tetapi beberapa pabrikan mesin merekomendasikan pelumas yang memiliki multi grade viscosity misalnya SAE
15W-40. Karena saat ini mesin putaran tinggi kebanyakan menggunakan High Speed Diesel Fuel (HSD) yang
memiliki kandungan sulfur rendah, maka angka TBN yang banyak digunakan maksimal
10 mgr KOH/gr.
Terima kasih infonya
BalasHapusbisa kasi judul tentang minyak pelumas buat mesin kapal
BalasHapusTerimakasih untuk tulisannya,menyegarkan kembali..
BalasHapusbisa minta sumbernya gk mas? pleas
BalasHapusIjin bertanya pak. Untuk kandungan F.O itu apa pak? terima kasih
BalasHapusKak di mohon bantuanya mampir ya kak karena disini juga ada kak
BalasHapushttp://oilsss.sosblogs.com/
.
terimakasih, sangat membantu
BalasHapusSpesifikasi Oli Pelumas CNC Molding Cutting Oil
BalasHapusJual Oli Hidrolik | Jual Oli Industri | Jual Oli Kompresor | Supplier Oli Industri
Petrofer adalah cairan logam yang dapat larut dalam air sehingga membentuk emulsi sangat stabil bila dicampur dengan air pada berbagai tingkat kekentalan. stabilitas emulsi tidak dipengaruhi oleh ion air keras dan oleh fakta bahwa minyak tidak berbusa kemudian membuat yang ideal tinggi dari petrofer memberikan pendinginan yang superior untuk berbagai proses pengerjaan logam.
Aplikasi
petrofer larut direkomendasikan untuk tugas ringan memotong kasar pada semua jenis logam non-ferrous dan logam besi kecuali magnesium. Akan bermanfaat dalam memotong, menggergaji, membuat lubang, penggilingan dan memperbaiki lubang. Ini sangat ideal untuk mesin tugas berat karena sifat pembasahan yang efektif dan penyejuk. Perbandingan pengenceran dengan air adalah rentang khas untuk mesin umum 01:10 dan 01:40 untuk mesin tugas berat.
Manfaat oli dan pelumas jenis ini antara lain:
Melindungi terhadap karat dan korosi
Tidak berbusa
Kesediaan pembasahan sempurna dan pendinginan
Menahan serangan bakteri yang dapat menyebabkan ketengikan
Penyimpanan
Produk ini harus disimpan di dalam (5-40 ° C) tidak lebih dari 1 tahun dan dilindungi dari pembekuan.
Untuk informasi lebih lanjut bisa menghubungi saya
Email tommy.transcal@gmail.com
Mobile :081310849918
Terima kasih
Apabila Anda mempunyai kesulitan dalam pemakaian / penggunaan chemical , atau yang berhubungan dengan chemical,oli industri, jangan sungkan untuk menghubungi, kami akan memberikan konsultasi kepada Anda mengenai masalah yang berhubungan dengan chemical.
BalasHapusSalam,
(Tommy.k)
WA:081310849918
Email: Tommy.transcal@gmail.com
Management
OUR SERVICE
Boiler Chemical Cleaning
Cooling tower Chemical Cleaning
Chiller Chemical Cleaning
AHU, Condensor Chemical Cleaning
Chemical Maintenance
Waste Water Treatment Plant Industrial & Domestic (WTP/WWTP/STP)
Degreaser & Floor Cleaner Plant
Oli industri
Rust remover
Coal & feul oil additive
Cleaning Chemical
Lubricant
Other Chemical
RO Chemical